Friday 7 February 2014

"D" dengan huruf besar


Matahari cukup lelah untuk terus tampil di atas manusia. Kali ini ia panggil awan untuk menggantikan pentasnya sementara. Sampai tenaganya pulih kembali.

Aku adalah anak yang tidak berbeda dengan yang lainnya. Kami lahir dari rahim seoragn ibu. Kami memiliki keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan saudara. Mungkin hanya perbedaan waktu yang membuat kami berbeda. Ada di antara mereka yang tidak memiliki banyak waktu dengan orang tuanya. Memang, manusia serba terbatas. Akan selalu terikat dan tak bisa menghindar titik pasti.

Aku tidak berbeda dengan yang lain. Secara fisik kita sama. Makan dengan tangan. Mengunyah dan berbicara dengan mulut. Berlari, bermain, tidur, dan segala aktifitas yang kita lakukan sama. Hanya saja ada sebuah perbedaan yang sangat gamblang diantara kami. Entah mereka menyadari atau tidak, tapi bagiku ini sangat jelas dan penting. Bagaimana mungkin satu-satunya sifat yang menjadikan mereka berbeda dengan hewan dan makhluk lainnya mereka abaikan?

Thursday 6 February 2014

Pangeran Persia dan Putri Armenia (3, tamat)



Para penasehat pun langsung berkumpul dan memikirkan solusinya. Setelah mendapat ide, mereka langsung menyampaikannya pada raja yang juga langsung memanggil Farhad. “kami berjanji tidak akan mencampuri hubunganmu dengan Syirin dengan satu syarat.” Kata raja.
                Si arsitek muda spontan melompat kegirangan dan menangis bahagia. “apapun yang raja agung minta!”
                “kami butuh terowongan bukit Bistun agar bisa pergi ke sisi sebelah sana dengan lebih cepat dan efisien.”
                Selama bertahun-tahun bukit Bistun menjadi tantangan berat. Bukit batu granit yang keras tidak memungkinkan dilakukannya penggalian trowongan disana. Belum pernah ada seorang pun yang sanggup mengatasi kesulitan medan ini. Khusrau tersenyum sendiri, setelah proyek ini dimulai, Farhad tidak mungkin bisa kembali lagi.

Saturday 1 February 2014

Pangeran Persia dan Putri Armenia (2)


Dalam waktu singkat setelah mengenal Syirin, sebelum wafatnya, raja Hurmuz merasa senang dengan kecerdasan dan humor Syirin yang hidup, Syirin pun menikmati persahabatan dan perlindungan seorang ayah. Pasca wafatnya raja, Syirin makin kesepian. Pelayan-pelaya Khusrau yang dikirim ke rumah Syirin kurang bersahabat. Mereka yang pernah diolok-olok pangeran memandang Syirin rendah karena berbikir bahwa pangeran akan jatuh cinta padanya. Dibakar rasa cemburu mereka mulai berulah. Kadang-kadang dengan air mandi yang terlalu panas atau dingin, baju yang ‘tak sengaja’ dirobek, bahkan sampai bangkai di makanannya. Meskipun Syirin tidak curiga dan menganggapnya besar, tapi hari-harinya mulai hancur. Perlahan ia mulai merindukan negrinya.
                Akhirnya Syirin menyesali keputusannya lari dari rumah. Ia merasa bersalah pada bibinya. Baginya, tidak ada alasan untuk tetap tinggal di Persia. Apalagi dengan ketiadaan sang Pangeran. Maka dia berjanji pada diri sendiri untuk tidak lari lagi dari negrinya, dan ketika Syapur datang menjemputnya, ia sudah lebih dari siap.

Zahra

thank you thank you for making my day full of love i cant help but realize that i even live in your room now my mind never been here with me...