Malam ini mendengkur. Tidak sendu, apalagi menangis. Tidak tersenyum, sebab aku berada dalam rumah. Kemilau bintang tak tertangkap retinaku.
Malam ini mendengkur. Kawan-kawanku tertidur. Dan aku tertimpa kerinduan. Karya-karya para maestro kata dan cerita, mengaduk malamku yang membuat kantuk tak tenang dan pergi.
Rindu ini, bukan atas sesuatu yang hilang, tapi hal yang justru belum pernah datang.
Apa yang pernah temanku bilang, masih terus terngiang sampai detik ini. "Mat, kita adalah tawanan keinginan".
Karya-karya yang kusebutkan tadi, selalu membuatku terbang ke masa depan. Menghayal, berharap, atau lebih parah lagi: hadir disana dan merasakan kejadian yang kubuat sendiri. Kejadian-momen, yang disusun oleh ketidak-puasan hidup saat ini.
Cinta, percaya, kenyamanan, dan kebebasan, adalah empat faktor yang paling sering mendasari penciptaannya. Aku termakan hayalanku sendiri. Membuat waktu dan ruang, jadi tak lagi berarti.
Aku duduk disini, namun juga duduk disana. Aku bicara disini, namun tertawa disana. Aku diam disini, namun berciuman disana.
Mungkin memang mimpi dan harapan yang menggerakkan langkah-langkah bumi. Tak kusangkal bahwa mereka membuat hatiku terasa hidup oleh macam perasaan. Tapi rasanya mereka perlu tahu, bahwa harmoni-lah yang menjaga kemungkinan tetap ada; harmoni-lah, yang sebab semua kehidupan tetap ada.
Harmoni adalah ruang dan waktu, dimana yang satu tercipta karena yang satunya, begitupun sebaliknya. Harmoni adalah hati yang menyemangati akal untuk berpikir, dan akal yang menjaga hati agar tak melukai dirinya sendiri.
Harmoni mempunyai arti "sama rata". Seperti persamaan medan magnet yang menarik bumi dari sisi yang berlawanan. Sehingga revolusinya berjalan dalam kurun waktu yang tetap sampai sekarang.
Harmoni adalah salah satu arti dari "keadilan Tuhan" dalam ideologi Syiah. Dimana Tuhan selalu menciptakan dan berlaku pada porsi tertentu, sebagai pengimbang atau pelengkap porsi lain yang berkaitan.
Harmoni adalah alunan biola dan gitar, memainkan nada-nada Canon Rock, yang menyenangkan dan menenangkan momen saat itu.
Harmoni adalah korek api dan rokok, kertas dan pena, air panas dan bubuk kopi, minus mata dan kacamata, sambal dalam sepiring nasi panas dan ayam bakar, dan setiap sendok gula yang menjadi seleramu dalam segelas teh.
Harmoni adalah kencing ketika kebelet pipis, tidur ketika mengantuk, makan ketika lapar, berbagi ketika senang, menangis ketika sedih, membaca dan berpikir ketika tidak tahu atau merasa bodoh.
Harmoni, adalah surga dan neraka, iblis dan para nabi, Qabil dan Habil, Musa dan Firaun, Muhammad dan masa depan.
Harmoni Qais dan Layla, Gibran dan Selma, Khusrau dan Syirin, Dilan dan Milea, Ali dan Fatimah, Muhammad dan Khadijah; semua yang mengaduk perasaanmu namun kau tetap suka.
Harmoni adalah tempat kita kembali. Sebagai instrumen hukum alam, sebagai budak-budak keinginan, sebagai manusia yang berperasaan, sebagai ciptaan yang berjalan menuju kematian.
Harmoni, hari ini Kau datang lagi. Bersama Kerinduan yang duduk diantara kita. Menjadi batas yang selalu ingin ku-lewati. Tapi tanpa-Nya, kau takkan selalu ku-nanti.
Harmoni, Aku Rindu. Rindu, Aku ingin Harmoni.
No comments:
Post a Comment