Sunday, 5 May 2019

Lana Yang Ikhlas



Lana tersenyum di atas ranjang. Ia berbaring, tak menunjukan keinginan untuk terbangun.
/
Sementara itu, Raef berdiri, berjalan kesana kemari, berbicara pada Lana dengan kesal sejak 15 menitan yang lalu. Raef ingin Lana mengerti dan mengeluarkan tenaganya untuk bangun. Namun Lana seperti enggan, meski ia tahu ia bisa. Dan bukan sifat Raef untuk membuat seseorang melakukan sesuatu yang bukan dari kehendaknya. Ia hanya bisa mengomel.
/
"Raef, terlalu banyak waktu kuhabiskan sudah tanpa menemukan jawaban atas pertanyaanku. Sekarang aku tahu waktuku akan habis. Dan anehnya, aku tak menyesali pertanyaan yang menggantung itu. Akhirnya aku menemukan kepastian dari akhir semua ini. Terjawab atau pun tidak, aku takkan memiliki pertanyaan lagi -- setelah ini. Dan terima kasih, telah menghabiskan waktumu bersamaku. Setidaknya untuk pertama dan terakhir, aku diperlakukan secara normal dan layak. Kau tak bertambah pintar karena itu, kau tahu? Jadi lanjutkan sekolahmu."
/
Raef melihat sorot mata Lana, dan ia tahu bahwa ini saatnya untuk menyerah. Percuma. Tapi saat itu, adalah senyum paling bahagia yang pernah ia lihat dari wajah sahabatnya.
/
"Aku tak tahu siapa yang gila saat ini," benak Raef.
/
This is the Last Supper. The last thing that make you feel that you're alive. Make you realize that you are you this whole time. You are Him at the same time. You're right to say, "See you next time."
/
Its not the end. Nothing, is the end.

Oktober2018

No comments:

Post a Comment