Setiap kapal dengan bendera tengkorak berlayar dengan idealismenya masing-masing. Dan yang akan bertahan melawan kerasnya lautan adalah mereka yang kuat idealismenya.
Bajak laut Rumbar adalah kumpulan musisi yang hobi bersenang-senang sambil bernyanyi. Menemukan harta, pesta. Menang pertempuran, pesta. Berlabuh, bersama warga berpesta. Berhasil memasuki Grand Line dengan kapal rusak, pesta. Bangun tidur, pake pesta.
Mungkin sekilas biasa. Sebab hampir semua bajak laut berpesta. Tapi akan dikenali perbedaannya, karena ketika mau mati pun, mereka pesta.
Bajak laut dalam dunia One Piece adalah profesi yang sangat filosofis. Dimana setiap orang berlayar didorong pemaknaan terhadap hidupnya. Memang beberapa justru melakukan pencarian makna dengan berlayar.
Kebebasan menjadi bajak laut diartikan secara khusus oleh Brook, Yorki dan kawan-kawan. Bukan sekedar kebebasan fisikal, tapi spiritual. Kebebasan spiritual yang berarti tak terikat rasa takut, sedih, dan dendam.
Bagi mereka, apapun itu yang datang dalam hidup, harus disambut dengan meriah. Sebab itu, Brook menjadikan alat musik sebagai senjatanya.
Satu-satunya air mata adalah janji yang terhalang kematian. Sebuah janji untuk kembali pada kawan dan menyanyikan lagu kesukaannya.
Ibarat kata Rumi, bahwa tak ada tempat bagi kesedihan di perjamuan tuhan, Yorki sebagai kapten meminta sebuah lagu dinyanyikan di pintu kematiannya. Lagu favorit yang jadi soundtrack mereka sehari-hari.
Dan begitupun Rumbar Pirates dikenal sebagai, "Who can make crying child laugh cry."
Going to deliver Binks' Sake
Lets all sing out with a Don,
A song of the waves
Doesnt matter who you are,
Someday you'll just be bones
Never-ending, ever wand'ring
Or funny trav'ling tale
Yohoho yohoho
~Binks' Sake, Rumbar's favorite song
#tafsironepiece #onepiece #brook #rumbar
No comments:
Post a Comment