Saturday, 21 May 2022

Surat Bocah yang Marah

Kepada Tuhan kutulis tantangan ini. Kutunggu Kau di medan perang, meski kita sudah berhadapan. Penolakanku pada penghambaanmu adalah hasrat bebas yang kau berikan – tapi kubebaskan. Aku mempertanyakan segala suruhan agar aku menjalaninya dengan keinginan: dengan bebas.

Orang bilang ini adalah nafsu yang berlebihan. Tapi di mataku ini adalah jalan terang kebenaran. Tanpa keinginan untuk bebas, bagaimana cara kita maju dan berkembang?

Harapanku satu: bahwa siapapun yang menang dalam pertempuran ini, akan mengakui kekalahan dengan kehormatan. Mungkin sulit bagiku. Ego masih besar, kau tahu itu.

Tapi perang yang terlihat Panjang mengurangi kekhawatiran. Aku punya waktu untuk mengksatriakan diri. Bagaimana denganmu? Cukup beranikah kau mengakui kekalahan? Apakah kau punya hati? Kurasa tidak. Tapi apa itu berarti bagimu? Kuharap tidak.


satu hari dalam perantauan, penuh emosi dan rasa kecewa

(2016-2018)

No comments:

Post a Comment