Tuesday 6 February 2018

Sebelah Mata: Mabuk Konflik

Setelah krisis figur pemerintah selama bertahun-tahun, Indonesia kini digadang-gadang dapat angin segar. Sinisme dan rasa muak, jijik, dan lelah terhadap pemerintah lama yang impoten membuat gairah si seksi Jokowi bikin masyarakat mendadak orgasme.

Dulu Indonesia seperti orang setengah tidur, sehingga setetes air cukup membuatnya melompat kaget.

Jokowi harus berterima kasih pada estafet pemerintah sebelumnya. Dosa mereka membuatnya terlihat suci hanya dengan sedikit gaya, visi, dan cara kerja yang berbeda.

Dan masyarakat harus lebih waspada. Sebab sakit hati terhadap pendahulu bisa membuat kita jatuh cinta pada sosok baru yang bertentangan. Kita harus sadar bahwa hubungan rakyat dengan pemerintah layaknya pelayan dan majikan. Bukan pacaran.



Yang perlu diingat adalah presiden, gubernur, walikota, bahkan bapak-mu itu manusia. Sama manusianya dengan kamu, tukang sate padang, pemulung, Jonru, sampai Aqil Siradj. Bukan nabi yang mendapat wahyu Tuhan dan kebal salah. Tak perlu merasa benar hanya karena tidak menentang pemerintah yang digosipkan tidak korup. Dan tak perlu merasa keren hanya karena mengambil sikap oposisi kalau landasannya adalah benci dan sakit hati. Bernegara dan bermasyarakat tidak sebercanda itu.

Konflik horizontal yang sekarang kita rasakan adalah akibat fanatisme figur yang bisa dipahami, tapi tidak boleh dimaklumi. Seperti yang dikatakan diatas, fanatisme ini lahir dari kesucian semu yang diciptakan dosa terdahulu.

Kelompok saling serang di bawah panji Bhinneka Tunggal Ika. Penganut agama dan mazhab saling mengkafirkan, keluarga saling caci dan tak bersalaman lagi. Hanya karena mendukung atau tidak-mendukung penguasa. Bersama atau tidak-bersama pemerintah.

Kita sedang mengolok cita-cita kita sendiri. Cita-cita untuk hidup damai dan sejahtera. Sebab dalam realita, aksi kita membawa bangsa menjauhinya.

Kita menyangka telah melakukan hal yang benar, namun tak pernah berpikir apakah caranya sudah benar?

Terlalu banyak kekurangan dan kesalahan yang disadari belakangan dalam keseharian bangsa kita. Mungkin euforia pemerintah baru ini salah satunya. Mungkin.

Mungkin untuk itu tak perlu menanyakan solusi pada orang lain. Sebab masalahnya adalah masing-masing dari kita.

Tapi ada satu pengingat yang rasanya cukup pantas direnungkan akhir-akhir ini. "Yang bahaya dari kurangnya minat baca adalah menigkatnya minat berkomentar." (Zen Rs)

Selamat malam. Semoga bisa mimpi indah.

IMG_20180124_140215.jpg

__________

Teruntuk @sameoldshit

Sekitaran Mei 2017

No comments:

Post a Comment