Wednesday, 1 May 2019

Empati

Menonton ayah dan anak duel basket di tonton seluruh tetangga. Ayahnya bodoh dalam bermain dan semua tahu betapa hebatnya adik-kakak ini. Sampai ketika si putra bungsu mencetak tiga angka dalam satu lemparan bola, sang ayah bertanya di tengah gemuruh tepuk tangan, “Bagaimana kau bisa sehebat ini?”

Sang anak yang masih seumuran enam tahun menjawab getir, “Seperti yang ayah tahu dulu aku tak bisa apa-apa. Namun aku ditekan oleh dukungan dan tuntutanmu dan orang-orang disekitarmu. Aku bukan orang yang bisa, sampai aku harus bisa agar dukunganmu tak sia-sia.” Ia mengeluarkan jawaban yang membuat semua orang terdiam. Membuat ayahnya memandang penuh cemas dan bersalah. Dan kakak perempuannya yang sama jagonya pun hanya menunduk sesal.

//

Adik kakak sudah dewasa. Yang tua perempuan. Datang dan dengan beberapa luka membuat kami penasaran sebab mereka baru saja dikabarkan melewati daerah yang berbahaya. “Bagaimana kau lolos dari sana?”

Kami dibawa ke kejadian itu. “Kami tak menyerah dan memohon ampun, hanya minta pertandingan yang adil. Dan yang mereka tawarkan adalah basket. Ketika mereka menantang basket, aku bertanya, ‘seriously?’ Adikku tak kuijinkan bermain. Kalian tahu lah seperti apa permainanku. Para gerombolan bandit koboi ini tak sedikitpun punya bayangan bahwa mereka akan kalah.”

“Yang mereka mau dari kalian apa?”

“Tentu saja vaginaku.”

Permainan dilanjutkan. Dan bandit-bandit itu kalah telak oleh seorang wanita. Meski ketika mereka kalah, ada satu orang yang berusaha merobek persetujuan. Ia tetap memaksa ingin menikmati wanita beramput coklat panjang gelombang ini. Namun kawan-kawannya yang lain menghargai kekalahan mereka dan menahan kawannya. Lalu membiarkan kakak beradik kembali ke tempat kami.

//

Aku lapar. Umar beli kebab iran. Nawarin gue, gue terima. Katanya, “Nanti aja gue lagi masak nasi Iran. Makannya pake itu.”

Sebelumya, begitu bangun tidur, gue di dapur liat air panas ingin buat minuman. Ada susu kental manis putih. Aku buat susu itu tapi pas di dapur cangkir itu keliatan normal, pas dibawa ke tempat duduk anak-anak, cangkirnya jadi bentuk balon panjang dan aku biasa saja. Malah sibuk ke susunya yang kelihatan seperti diseduh pakai air yanng kurang panas.

Beberapa hari sebelum puasa, di Musyarofieh menunggu acara munggahan di KBRI
Mei 2018

No comments:

Post a Comment