Aku bertemu dengannya terakhir kali bulan lalu. Di peresmian bantuan kemanusiaan untuk korban banjir. Acara itu ramai sekali.
Orang-orang penting hadir. Mereka pakai rompi -- pelampung sih sebenarnya. Sebagai tanda atau pesan. Bahwa mereka bersama korban banjir -- bahwa satu derita untuk semua.
Ia tampil gagah sekali di antara para pejabat. Tanpanya, bantuan itu takkan turun. Hebat kan?
Wajah murung Luna waktu itu berubah ceria karenanya. Entah apa Luna memang menyadari kehadirannya atau terlampau fokus dengan tumpukan kardus mie instan dan pakaian baru. Entahlah.
Hari ini, aku bertemu dia lagi. Di tempat yang tak jauh dari peresmian waktu itu. Tapi sekarang, ia tak seberwibawa dulu. Ia menemaniku makan gorengan. Dalam sebulan, ia sudah bisa mengabarkan banyak hal. Tentang kesederhanaan, keserakahan, sampai ketulusan.
Aku menunduk malu. Kehadirannya saja sudah menghentikan mulutku yang mengunyah. Kopiku perlahan dingin ketika ia menceritakan perjalanan makna eksistensinya.
Gorenganku habis.
Lalu kubuang ia ke tempat sampah.
__________
Diambil dari kumpulan coretan di buku gambar
Zahra
thank you thank you for making my day full of love i cant help but realize that i even live in your room now my mind never been here with me...
-
thank you thank you for making my day full of love i cant help but realize that i even live in your room now my mind never been here with me...
-
The tale of a broken heart always has a purpose to shed tears down your eyes It is built above bitter memories which accommodate someones un...
-
I love you But not just that, i love the silence When you say no to me but you mean yes I love that few second of chance that you give me To...
No comments:
Post a Comment