Wednesday, 27 December 2023

Zahra

thank you
thank you for making my day full of love
i cant help but realize
that i even live in your room now
my mind never been here with me ever since i met you
even long before that

thank you for letting me in
i cant help but realize 
that ive not come out ever since

thank you for loving me
every breath offit keep getting me mesmerized
never ceased to amazed me
how a total stranger can be such a family

thank you for being so cute
it is that always give me strenght
for the rest of the day

thank you for being you
i cant help but realize
that my prayer has always been about you

thank you
to keep loving
that i keep saying i love you

27 des 23

Tuesday, 26 December 2023

Shofia

I love you
But not just that, i love the silence
When you say no to me but you mean yes
I love that few second of chance that you give me
To try a time harder
In order to make me feel rewarded

I love the audacity
When you try to make everything about yourself
That youre the only one that right
It felt like youre telling me that the world belongs to us
That not even common sense are allowed to seperate us

I love the attitude 
When you say whatever you want
However you want
It just really cute, you know

I love you
With all your trouble
Bring it all to me
And let me love you anyway

I love it when you call me histerically with a capslock or even your voice
Whatever you bring afterward is all about you
Its because its about you i want to listen 

I love you, the way you talk, the way you laugh, the way you think

I love you till i felt unworthy of it
That i might be boring you sometimes 

I love you enough to keep trying to win you
That im afraid that i might be easily replaced

I love you enough to only doing everything everyday, just to come back to you again

Its all because i love you
That everything doesn't makes any sense without you

26 Des 23

Tuesday, 5 December 2023

the treasure



The tale of a broken heart always has a purpose to shed tears down your eyes

It is built above bitter memories which accommodate someones untold story

Those who love drama, always find one within themselves 

Each of us have stories to tell or to keep or to live in

All of them bear some emotions which become the energy that keeps our story running

Each emotion will later attract like-minded and together we form a hobbies or entertainment 

Even the most negative emotions, can be turned into entertainment if we manage to form a focused group discussion 

Like the broken wings by the hand of gibran, Layla majnun and khusrau syirin by the hand of nizami, or Bliqis by the hand of qabbani

All of which playing around human emotions in a tragedy called love

Yet human manage to enjoy it and even reproduce and digging it up like a fundamental manuscript to understand human being

The bitter taste of love somehow being addictive

Issit because how shallow human life is?

A random baghdadi once said, "I was running away from my love afraid of getting killed, but i guess i was killed anyway."

"Running away from death, is another form of death"

"Pain is the begining and the end of all things"

When the heart is hurt so much, that pain becomes the only thing that keep a man is alive

the most beautiful story always comes from the most painful part of history

Humans ability to play with feeling never ceased to amaze me

no wonder a man can even declared in the most audacity:

أشهد أن لا إمرأة إلا أنتِ

by the end of the day, no complain can be found in one's poem or story or pocket diary

the tragedy is what makes him feel alive

no matter how painful, no matter how broken, no matter how terrible the damage is

no sacrifice makes him less

the destruction just makes him more and more alive

like what Rumi said, "it is in a ruin, someone usually found treasure"

i guess i've found mine.

@flutteur

Monday, 4 December 2023

the absolute freedom

i lost interest in life the moment it shows me its true face
the face of audacity, the face of arrogance, the face of human selfishness
i began to see that even altruism is a selfish attribute that change its shape
no one in this life is totally free
no one born to be free
the idea of setting ourself free by worshipping God is also a form of slavery itself
but that one probably the closest state of freedom
imam Ali once said, those who understand (the nature of) human will seek peace in an isolation
guess this is it
i start to wonder about what does freedom even means?
is it a false hope?
where did it started?
what makes one have it?
why does it being craved so much through the history of human kind?
doest it only invented to keep us fighting?
or it was a beautiful lie all this time?
all philosopher and revolutioner were rotating around the idea of freedom
with a different meaning or form of it
freedom is a scam
im sorry, Syariati, but i have to disagree
we have never born free
we born with a set of social rules and best expectation or even hope bestow upon us by another human being
and we are tied with it for the sake of peaceful life
the only valid and absolute freedom at this point
is extraction and alienation from wordly desire
even the good and positive one
and the peak form of extraction and alienation
comes in a death sentence
some will argue that death is not the end of life, but the end of free will
but brother, thats the point
the loss of will is the end of desire
free from desire is the absolute freedom a human can experience

Sunday, 6 August 2023

Setangkai Kenangan

Di pelataran cinta kutancapkan setangkai kenangan. Rumput yang bergoyang santai sudah kaku membeku. Bisa apa? Realitas meruntuhkan topeng kekasih di dalam dada.

Sebuah kisah penuh suka cita adalah halusinasi yang diperjual belikan rumah produksi. Seperti muka yang lebih jadi iklan ketimbang barang pribadi. Di tangan mereka, air mata pun sebatas hiburan saja.

Gang-gang basah menggenang harapan yang sebenarnya. Bukan kesuksesan dan kerajaan, sekedar kebaikan sederhana di simpang jalan.

Kakek bersurban mengingatkanku pada aksi yang terbuang. Oleh dilema yang terlena memakan waktu mencari identitas di alam hayal. Sibuk berpikir dan berjalan dengan slogan pencarian.

Apa sebenarnya yang dicari? Sebuah ketenangan yang tak bisa kita bagi.

Berbagi. Kata yang tak lagi terucap juga tak terlihat.

Ungkapan muak dan amarah bukanlah niat untuk berbagi. Lagi-lagi sebuah ketenangan yang memabukkan.

Syair-syair itu dilemparkan ke tong sampah tatkala mata dirabunkan dari tangan teman kita.
Mawar itu kini terbakar. Oleh sinar mentari sebab air mata tak melindunginya lagi.

Yusuf dan Wanita Tua

Legenda mengatakan bahwa ketika Yusuf sedang dilelanh di Mesir, semua orang memberi tawaran yang sangat tinggi untuk membeli wajah tampan itu. Mengenai kisah ini, Fariduddin Aththar dalam bukunya, Manthiqut-thair, menceritakan keberadaan wanita tua dalam kerumunan pembeli yang cukup menarik untuk disimak:
Seorang wanita tua yang keriput dalam kerumunan:
"Hei, biar aku yang membeli pria sombong ini!"
Dengan berteriak dia berbicara para makelar itu
sementara tangannya memegang benang.
"Tubuh dan ketampanannya membuatku gila
lihat semua benang di gelondongan yang telah kugulung!
Ambillah sebagai pembayaran dan juallah dia padaku.
Dan letakkan tangannya pada tanganku, dengan lembut!"
Pedagang itu tersenyum dan berkata, "Orang bodoh,
aku telah mendapat penawaran bernilai ratusan kali;
mutiara diantara segala permata ini bukan untukmu.
Wanita tua, apa yang bisa kulakukan dengan benangmu?"
"Aku tahu aku tidak akan memperoleh karunia ini,
tapi kawan dan lawan akan membuatku senang
mengatakan pada dunia, meskipun dengan malu-malu,
setidaknya dia tidak takut berusaha!"
Dalam syair lain dari Hubba, penyair wanita Turki, wanita tua ini kembali muncul:
Setiap orang memberikan apa pun yang dimilikinya
Karena dia ingin ikut berbagi nasib.
Kamu dan wanita tua itu sama dalam hal ini:
Apa yang ditawarkannya untuk kebahagiaan Yusuf?
Dia datang dengan dua tangan penuh benang
Dengan harapan dapat membeli wajah tampan itu.

Monday, 31 July 2023

Asam Garam Yahudi Lebanon

”Bagi banyak orang, ‘Yahudi Lebanon’ tak lebih dari sebuah konsep. Namun nyatanya, Yahudi pernah hidup berdampingan dengan populasi Kristen dan Muslim—mereka bahkan berbagi kursi kekuasaan di parlemen. Beirut, Tripoli, Saida, dan Hasbaya adalah kota yang dulu mereka sebut rumah. Natal dan Idul Fitri adalah momen yang mereka rayakan bersama tetangganya.” —Nadine Mazloum, StepFeed.

Boleh dikatakan bangsa Yahudi konsisten hijrah dari ribuan tahun lalu. Kota ke kota, kerajaan ke kerajaan, negara ke negara. Hingga saat ini, tercatat ada 14 juta diaspora Yahudi di dunia—tercecer di sana-sini. Satu-dua cerita juga mengabarkan keberadaan mereka di Indonesia. Tapi mungkin sulit mendengarnya dengan suka cita di negara kita. Mengingat sudah 70 tahunan isu Yahudi agak sensitif bagi komunitas muslim kebanyakan—sejak berdirinya Israel.

Jika ditanya dari mana asal mereka, paling tidak menurut sejarah, tentu saja sekitaran Timur Tengah. Sebagai turunan Yakub atau Jacob atau Israel, setidaknya kita tahu ia pernah tinggal di Kanaan atau Palestina masa kini. Kisah-kisah mereka selama masa kenabian Muhammad saw juga tidak sedikit. Maka mereka pernah ada di bilangan Madinah.

Lebanon-pun punya kesaksiannya sendiri. Sebuah bangunan tua di kota Saida—yang kini jadi rumah bagi imigran Suriah dan Palestina—dulunya berfungsi sebagai sinagog. Termasuk sinagog tertua di dunia, yang dibangun tahun 833 M. Sinagog ini berdiri di atas reruntuhan kuil yang hancur tahun 66 sebelum masehi. Konon, Jesus pernah berceramah di sana. Jadi setidaknya kita bisa berasumsi, bahwa yahudi sudah ada di Lebanon sejauh ingatan sejarah kita tentang bangsa-nya Rostchild ini.

Namun berbeda dengan negara Arab lainnya, kita masih bisa merayakan perbedaan bersama yahudi di Lebanon. Lepas tumbangnya dinasti Ottoman, Perancis mendapat jatah Lebanon untuk diduduki. Di bawah mandatnya, Lebanon yang masih seperti kumpulan komunitas agama ingin berdaulat. Maka untuk menghindari konflik politik, Lebanon di bawah kekuasaan Perancis untuk pertama kali melakukan sensus penduduk. Sesuai hasilnya, Kristen Maronit mendapat jatah kursi presiden sebagai mayoritas utama. Kemudian Muslim Sunni dapat jatah perdana menteri, dan Muslim Syiah juru bicara parlemen. Sisanya, ada 15 sekte lagi yang terhitung sebagai bagian dari Lebanon mendapat jatah kursi di parlemen dengan jumlah berdasarkan kuantitas penganutnya. Dari situ, dikhususkan satu kursi perwakilan untuk tiga sekte ter-sedikit di Lebanon, salah satunya, sekte yahudi.

Lima tahun setelah Lebanon merdeka dari Perancis, Israel tercipta (1948). Kemarahan negara-bangsa Arab merasuki penduduk Yahudinya dengan ketakutan dan ancaman. Bangsa Yahudi untuk kesekian kalinya hijrah. Tujuan utama terpecah dua: Israel dan Eropa-Amerika. Namun ada tujuan alternatif: Lebanon. Sejak berdirinya Israel, Lebanon adalah satu-satunya negara Arab yang tercatat mengalami kenaikan populasi Yahudi di dalam perbatasannya. Buku The Jews of Beirut mencatat pada tahun 1950, kurang lebih 10.000 orang yahudi masuk ke Lebanon dari Suriah, Iraq, dan sekitarnya. Dengan menjadi satu-satunnya negara Arab yang dipimpin Kristen (Maronit), juga kenyataan bahwa dominasi politiknya tak dipegang satu golongan—boleh dikatakan, epitome Bhinneka Tunggal Ika yang sebenarnya—Lebanon jadi negara paling ramah yahudi di kawasan.

Beirut menampung paling banyak Yahudi pada masanya. Di samping rumah megah Perdana Menteri Saad Hariri ada kawasan yang dulu jadi pusatnya Yahudi—sebuah jalan bernama Wadi Abu Jamil. Di kawasan yang membelah pemukiman Kristen dan Muslim ini, pernah berdiri sekolah, pertokoan, juga sinagog Yahudi. Dalam film dokumenter BBC Arabic tahun 2006 berjudul Yahud Lubnani, Mokhtar Itani, penulis buku Our Beirut bercerita, “Mereka (Yahudi) dulu dianggap  bagian dari komunitas Arab Lebanon yang menganut agama Yahudi atau pengikut Musa. Sama seperti Muslim yang mengikuti Islam dan Muhammad, atau Kristen yang mengikuti Isa. Mereka bagian dari penduduk Beirut yang jadi orang-orang terdekat kita. Bahkan, mereka banyak memiliki posisi penting. Ada seorang Rabbi namanya Solomon. Dia adalah ahli sunnat paling terkenal di kalangan Muslim saat itu.” Itani juga mengingat tentang Dokter Nassim Chams, seorang Yahudi yang diberi julukan “Penyembuh Kaum Miskin” (The Healer of The Poor). Ia mendapat tempat khusus di hati masyarakat Beirut atas dedikasinya melayani orang sakit tanpa memungut biaya apapun, bagi siapapun—terlepas agama, ras, dan kebangsaannya.

Secara politik, keberagaman agama yang membangun pemerintahan Lebanon meniscayakan perlindungan setiap sekte yang terlibat dalam kekuasaan. Hal ini juga tertulis jelas di konstitusi yang tersedia di situs resmi kepresidenan: C) Lebanon adalah republik parlementer demokratis yang menghormati kebebasan publik, khususnya kebebasan pendapat dan kepercayaan, dan menjunjung keadilan sosial serta kesamaan hak dan kewajiban bagi seluruh warganegaranya tanpa diskriminasi (pembedaan).

Gelombang migrasi pertama yang membuat Lebanon sepi Yahudi adalah perang Arab-Israel tahun 1967.  Perang ini mulai mengaburkan pandangan masyarakat Lebanon atas perbedaan Yahudi dan Zionis. Di tambah merangsek masuknya pengungsi dan militan Palestina ke Beirut. Pada satu masa, penduduk Yahudi mau tak mau membagi atapnya tak hanya dengan sesama warga Lebanonnya, tapi juga Palestina. Sinagog mereka bahkan sempat menjadi pengungsian Palestina ketika perang berkecamuk. Banyak orang bersaksi bahwa terjadi penculikan sampai pembunuhan warga Yahudi oleh militan Palestina. Ketika di saat bersamaan juga banyak yang bercerita bahwa Yaser Arafat, sempat jadi pahlawan Yahudi karena menggunakan pengaruhnya menyelamatkan beberapa keluarga Yahudi dari kesalahpahaman. Namun pada akhirnya, sejarah menunjukkan bahwa ketakutan dan ketidak-aman-an lebih nyata dari kedamaiannya. Itu sebabnya pada akhir 1975, tercatat kurang dari 1.000 Yahudi bermukim di Lebanon. Di kemudian hari, Perang Sipil dan perang dengan Israel tahun 1982 membuat makin banyak yang meninggalkan Lebanon—yang jumlahnya kini masih diperdebatkan antara 200 sampai 40 orang.

Orientasi Zionis

Seniman New York asal Lebanon, Rola Khayyat, membuat dokumenter berjudul From Brooklyn to Beirut, yang menceritakan kisah-kisah diaspora Yahudi di negarannya. Dalam wawancara dengan StepFeed, menurutnya komunitas Yahudi Lebanon di Brooklyn cukup mencolok ketimbang minoritas lain di sekitarnya. “Mereka selalu menolak membaur sepenuhnya. Cukup keras kepala memelihara identitas, budaya, dan nilai-nilai Timur Tengah yang mereka dapat di Lebanon.”

Ketika ditanya soal bagaimana mereka melihat hubunganya dengan Lebanon, salah satu narasumber berkata, “Lebanon adalah sebuah kebudayaan. Yahudi adalah sebuah agama. Tak ada kontradiksi bagi keduanya.” Rola juga mengatakan semua narasumbernya berbicara bahasa Arab sefasih dirinya.

Di permulaan abad 20, komunitas Yahudi Lebanon kurang aktif dalam politik dan tak melibatkan diri di perseteruan antara komunitas agama lainnya. Secara umum, komunitas ini cenderung mendukung Nasionalisme Lebanon, dan menempel pada penguasa Perancis. Ketika di saat bersamaan, Perancis pada masa itu tidak simpatik pada ide berdirinya negara Yahudi yang dicanangkan rivalnya, Kerajaan Inggris. Komunitas ini juga apatis terhadap ide tersebut. Memang ada segelintir pemuka komunitasnya yang antusias menyuarakan Zionisme, dengan beberapa dukungan di sana-sini. Sekolah Yahudi terbesar di Beirut, yang didirikan Alliance Israélite Universelle asal Paris juga dengan aktif bicara soal Zionisme. Namun catatan Jewish Agency, organisasi internasional yang menghubungkan Yahudi di dunia menyesali kurangnya “gairah nasional” dari sejawatnya di Lebanon. Lebanon juga tidak mengirim delegasi ke World Zionist Congress.

Dilema Maghen Abraham

Selesai dibangun tahun 1925, Sinagog Maghen Abraham jadi semacam masjid agung bagi penganut Yahudi di Beirut dan sekitarnya. Terletak di Wadi Abu Jamil, sinagog ini terseret badai perang sipil tahun 1975. Dan ketika Israel memburu Palestine Liberation Organization (PLO) sampai ke Beirut, ironisnya, bombardir udara itu juga menghancurkan Maghen Abraham yang sudah kosong waktu itu. Pasalnya, ada kabar bahwa PLO memelindungi kawasan tersebut.

Tahun 2009, gagasan untuk merenovasi Maghen Abraham jadi perbincangan hangat. Isaac Arazi, perwakilan komunitas Yahudi setempat mulai menggalang dana dari diaspora Yahudi Lebanon di Eropa-Amerika. Yang menarik, dukungan datang dari hampir seluruh komponen politik—bahkan Hizbullah sebagai musuh bebuyutan Israel mengeluarkan press release mengenai hal ini. “Ini (Maghen Abraham) adalah tempat ibadaha, dan kami menyambut pemugarannya,” kata Sekjen Hizbullah, Hasan Nasrallah.

Bloomberg melansir Perdana Menteri Fouad Siniora mengatakan, “Kami menghormati agama Yahudi seperti menghormati agama Kristen. Satu-satunya masalah kami adalah dengan Israel.”

Namun sepuluh tahun pasca renovasi, lampu Maghen Abraham belum juga dinyalakan. Pagarnya terkunci dengan penjagaan ketat militer di sekitarnya. Seorang muslim, Bassam al-Hout, pengacara komunitas Yahudi Lebanon mengatakan hanya ada dua rabbi di Lebanon dan membantah adanya rencana Maghen Abraham beroperasi kembali.

The Israelite Community—begitu dokumen negara menyebutnya, nama yang sudah bertahun-tahun dilobi untuk diganti sebagai upaya menjaraki diri mereka dengan negara Israel—kini hidup dalam bayang-bayang sejarah Lebanon. Sulitnya memastikan keberadaan mereka, dan mundurnya komunitas ini dari aktifitas politik seperti parlemen membuat ingatan atasnya perlahan pudar. Sejak awal berdiri Israel mendeklarasikan diri sebagai Negara Yahudi. Dan fakta ini membuat makin kaburnya batas pembeda antara penganut Yahudi dan luka yang disebabkan Israel pada penduduk Lebanon. Selain itu, kondisi politik dan keamanan yang belum stabil menghantui tak hanya komunitas Yahudi, namun seluruh komponen masyarakat. Sehingga aktifitas sekte yang cukup besar seperti eksis kembalinya penganut Yahudi berpotensi meledakkan tensi yang lama dijaga. Dan pernyataan resmi di atas kertas tak lebih dari sekedar pernyataan—tak berpengaruh di jalanan.

Kini media dan masyarakat Lebanon mulai menggunakan kalimat-kalimat nostalgia ketika berbicara soal tetangga Yahudinya. “Alain Abadi biasa duduk di teras, memainkan gitarnya dan bernyanyi. Dia akrab dengan tetangganya, dan sangat sembrono,” kata Berthe Mamo, mantan penduduk Wadi Abu Jamil, mengenang tetangga Yahudinya.

“Apa aku berharap kembali ke Beirut? Tentu saja! Di Facebook, aku selalu bicara soal Lebanon. Aku masih punya teman di sana dan tak bisa melupakan mereka. Aku hidup 35 tahun di sana!” kata Alain Abadi, yang kini tinggal di Tel Aviv mengikuti kemauan ibunya, ketika diwawancara BBC.

‎23-27 ‎April ‎2019

Zahra

thank you thank you for making my day full of love i cant help but realize that i even live in your room now my mind never been here with me...