Duduk di padang rumput itu sendirian, Iblis memandang bunga yang hangus digenggamnya. Boleh jadi kita mendengar burung-burung itu bernyanyi dari atas pohon tempat Iblis berteduh. Namun asap terlihat dari telinga Iblis, nyanyian merdu burung bulbul adalah caci-maki kutukan terhadap Iblis yang diam.
Senja berubah malam begitu cepat. Begitu menatap langit, bulan sabit sudah melayang dalam kegelapan. Tak ada bintang kecuali satu. Setidaknya hanya itu yang bisa Iblis lihat.
Angin berhembus. Mengancurkan kelopak bunga yang hangus itu. Iblis hanya menatapnya membisu. Tak satupun fenomena alam yang terjadi sekitarnya membuat tubuh merah itu bergeming. Ia bagai batu hasil pahatan Tuhan yang tak dipamerkan. Dibiarkan berdebu di gudang semesta. Satu-satunya suara adalah sepi. Satu-satunya cahaya adalah amarah yang membara.
Tuesday, 24 July 2018
Zahra
thank you thank you for making my day full of love i cant help but realize that i even live in your room now my mind never been here with me...
-
“Aku tak menyembah-Mu untuk menghindari neraka, karena itu ibadah para budak. Aku tak menyembah-Mu untuk mengejar surga, sebab itu ibadah pa...
-
Aku memiliki sebuah bintang penyesalan Yang memancarkan kekecewaan Sejauh tiga ribu tahun aku punya perasaan Ia duduk tepat di atas dadaku M...
-
Ada yang namanya bahasa universal. Sebuah bahasa yang kata-nya abstrak dan tak ada satandarnya kaya di kamus. Salah satunya air mata. Tak pe...