Atas mereka yang memikirkan masa depan
Memberatkan pikiran
Dengan instrumen waktu yang tak bisa dipatahkan
Sebagaimana yang terjadi sudah menjadi kutukan
Pun yang belum terjadi tetap tak bisa dikendalikan
Duduk di kedai minum itu aku tenggelam dalam perenungan
Sama seperti hari-hari sebelumnya, lamunan
Seorang wanita tua menegurku dengan sapaan
“Apa yang kau pikirkan?”
Kuceritakan tentang kebimbangan yang selama ini kurasakan
Juga kecemasan, akan manusia yang hanya peduli masa depan
Demi Tuhan,
“Jika mereka benar-benar hidup, tak akan ada yang kesepian!”
Ia tersenyum. Senyum yang entah bagaimana memberi kehangatan
“Mimpi adalah hal yang tak terelakkan”
Jawabnya mengalihkan pandangan
Jauh ke depan
Kita semua adalah budak keinginan
Namun terlalu lama mengikutinya begitu menyesakkan
Maka keinginan itu tetap terasing, sebab tak ada yang tahan
Untuk lama-lama merasakan
Seandainya kau sabar barang sebentar, dengarkan apa yang ingin ia katakan
Sebagai manusia kita tak mungkin melepaskan
Pasung dunia bernama ruang dan waktu, sebagaimana wajarnya penciptaan
Namun hati tempat bersemayamnya keinginan
Tahu, dan terus mencari karena ia punya kenangan
Dengarkan
Apa yang ia ingin katakan
Yang ia inginkan
Kau akan menemukan tujuan
Sebuah tempat peristirahatan
Tempat semua tak lagi terasa asing dan melelahkan
Hati ini memiliki kenangan
Yang begitu ia dambakan
Dan hanya akal yang dapat menafsirkan
Petunjuk-petunjuk saat kau memulai perjalanan
Kelak di ujung jalan
Akan kau temukan
Sebuah persimpangan di mana akal tak bisa lagi diandalkan
Saat itulah Tuhan
Datang padamu dengan sebuah tawaran:
Ketenangan
Yang hanya bisa kau beli dengan kerinduan.
Wherever you are in the world, i’ll search for you
Beirut, 20 Agustus 2018