Wednesday, 23 March 2016

Putih dan Coklat


Di kasir minimarket itu, tepat berdiri di depanku, sebuah jaket hijau dengan celana jeans dàn sepasang sneakers, rambut panjang kecoklatanmu tergerai acuh di pundak, menyisakan hidung yang terlihat malu-malu. Awàl waktu kulihat potongàn wajah yang menarik, menggetarkan imajinasi, dan mendinginkan setiap darah yang dipompa jantung tergesa-gesa. Bukan patung, apalagi berhala, kepala itu kadang tergerak, menusuk hati dengan rona wajah yang tertekuk beban pikiran. Aduhai kulit putih yang jujur, berikan aku sedikit waktu untuk mengganti bulan dengan matahari. Senyummu dapat mengistirahatkan kemalasan sàng iblis, membuat para malaikat berlomba mencatat setiap semangat yang dikeluarkan manusia. Kau pergi tanpa ragu, tahu arah namun tak punya mau. Kau adalah warna yang tak diwarnai. Bagai cahaya yang tak melukai. Bintang, yang menghibur di tengah gelapnya malam hari.
____________
Sayap-sayap patah mewarnai bumi lebih indah dari paparan cahaya mentari. Olehnya manusia didengarkan gemercik sungai dari eden walau nil dan amazon terbentang begitu luasnya. Suara Selma bagai seruling Krisna yang membangunkan burung gereja di pagi hari. Senyumnya dirindukan, seperti rerumputan yang menangis diterpa malam, dan berpesta begitu pagi datang. 


Tuesday, 22 March 2016

Aku Gampang, Ibu Senang


Aku lagi nongkrong sambil ngopi di warungnya bu aking. Sekitar jam 5 lah. Hape kutinggal di rumah, dan jam di warung mati. Aku perkirakan jam dari tukang eskrim yang selalu pulang sore-sore. Tiap kutanya kenapa pulang sekarang, jawabannya selalu, iyalah, udah jam 5 dek! Bu aking bilang gak penting sekarang jam berapa, toh masjid bakal azan pada waktunya. Mending batrenya di jual biar untung. Gak lama si tedi datang, dia selalu bawa hape.

Aku kasih tau ya, aku sama tedi sudah berkawan sejak sd. Kami dua sejoli yang gak pernah tidur bareng. Biar gak keliatan homo soalnya. Dan kami beda sekolah. Dia anak yang kaya tapi gak punya uang. Iya, kaya. Gapernah keliatan susah soalnya, tapi aku tahu sendiri uangnya selalu pas dan gayanya tidak beda denganku. Hapenya juga biasa saja. Pokoknya gak beda jauh sama semua penduduk kampung ini. Si tedi ini miring orangnya. Pundak sama kepalanya suka miring ke kiri. Sekarang kita  lagi libur persiapan un buat sma. Lalu dia tanya aku.

"Jon, kamu abis sma mau ngapain?"
"Kuliah men, gue pengen mendalami teknik fisika"
"Hmm"
"Emang kamu ngapain ted?"
"Aku mau keliling dunia."
"Widih, tapi gimana caranya?"
"Naik pesawat lah, masa sepeda. Seribu jalan menuju roma. Nanti kalau waktunya tiba juga bakal kepikiran caranya yekan? Sekarang masih belum, karena jam segini waktunya aku minum kopi disini sama kamu. Bu, biasa ya."

Bu aking itu orang baik. Dia gapernah marahin kami walau omongan kami kadang gak pantas. Ya bayangin aja sendiri ya gimana omongan gak pantas dua pria di bangku sma.

Begitu kopi tedi jadi, aku teringat ibu. Gatau kenapa.

"Ted, gue pengen nyenening emak. Tar gue kuliah terus jadi inventor. Dapet penghargaan noble, dan memenuhi semua keinginan emak. Hahahaha hayal ye. Bodo amat deh. Pokoknya gue harus beliin emak hape baru sama ajak dia jalan-jalan ke luar negeri. Doi sering banget muji-muji alam gitu, subhanallah katanya. Gue pengen dia liat kebesaran tuhannya dengan mata kepala sendiri."
"Sama, emak gue juga gitu"
"Terus nanti kalau jadi keliling dunia, lo sendiri?"
"Iyalah. Sendiri aja kan belum kebayang caranya gimana, apalgi berdua, bertiga, berempat? Hayal tau diri cuk"

Si tedi pernah smp di jawa timur. Dia bosen di kampung katanya, pengen merantau kaya anak minang.

Kopi belum habis tiba-tiba hape tedi bunyi. Dia baca, aku seruput kopi. Udah mulai oranye langitnya, mungkin udah mau jam 6. Tiba-tiba tedi bayar kopinya ke bu aking.

"Ini bu sama punya si jon."
"Loh, mau kemana lo? Belum azan kan."
"Emak gue minta dibeliin gula di pak ato. Mau buka puasa gula buat tehnya abis. Emak gue pasti seneng kalo gue respon cepat permintaannya. Gue duluan jon!"

Melangkah pergi tedi bersama azan yang mulai berkumandang.

Supir taxi bersitegang. 22 maret 2016.

Zahra

thank you thank you for making my day full of love i cant help but realize that i even live in your room now my mind never been here with me...