Sunday 26 January 2014

Dialah Husain


Seorang Pangeran, telah membuat semesta gembira dengan kelahirannya, dan di saaat yang bersamaan, ia buat bumi meratapi dukanya yang paling dalam dengan kematian yang dibawanya.
Lehernya yang rapuh diciumi sang Raja, yang juga langsung menceritakan kisah akhirnya.
Ia lahir dan tumbuh di rumah yang wahyu adalah ibarat udara yang dihirup untuk hidup.
Ia menyaksikan dan mendengar langsung apa yang di lakukan dan dikatakan Raja baik untuk diri sendiri, orang lain, bahkan kepada Tuhannya.
Prilaku dermawan nan indah dan sempurna sang Rajalah yang menghiasinya.
Kekuatan, ketangkasan, dan keberanian sang Ayah telah mengalir di nadinya.
Cinta kasih sang Manusia Wanita memenuhi hatinya.
Tak pelak, Tuhan pun selalu bersamanya, dan ia selalu bersama Tuhan, atau Mereka adalah sebuah kesatuan.
Dialah pemilik darah yang terus akan mengalir sampai hilangnya pijakan.
Dimana darah yang menjadi satu-satunya darah yang terus mengalir diluar jasad sucinya.
Darah yang karenanya, tanah yang kotor berdebu, dirindukan, di tangisi, seperti bayi yang merindukan susu ibunya.
Tidakkah kau terheran-heran?
Tidakkah kau bertanya-tanya?
Siapakah dia?
Siapakah dia yang membuat kuburannya, menjadi perkumpulan terbesar ummat manusia sepanjang zaman?
Siapa yang ancaman tiran, tidak pernah akan dan bisa meredam suara yang meneriakkan namanya?
Siapa yang pasir bekas pijakkannya, dicari, diutamakan, diperjual-belikan, menjadi obat jasmani dan rohani, dan bahkan menjadi sebaik-baiknya penyembuh?
Siapa yang kisah kematiannya menembus tujuh lapis langit dan bumi?
Membuat malaikat histeris, menangis, bahkan sang iblispun terheran dengan perbuatan si pembunuh?
Siapakah dia yang membuat setiap tanah adalah tanahnya, dan setiap waktu adalah dukanya?
Siapakah yang kabar kematiannya, membuat punggung sang kakek bergoncang saking sedihnya?
Siapakah yang adik, sepupu, dan sahabat-sahabatnya dibantai dalam keadaan haus di depan matanya?
Ketika anjing dan kuda mandi dengan enaknya di aliran furat?
Saat panggilannya tidak ada yang menyahuti?
Yang memilih mati mulia ketimbang hidup dengan hina?
Siapa yang menangisi nasib pembunuhnya kelak di hari yang di janjikan?
Dengan ajakan untuk bertaubat dan kembali kepada jalan yang sebenarnya?
Siapa yang dengan tabah, adik perempuannya, di hadapan jasad terpotong sang kakak, berkata: Tuhan, terimalah dari kami kurban ini.
Siapa yang kisahnya, tangisannya, perjuangannya, memenuhi udara setiap zaman. Yang masih menanti kemunculan sang Penuntut balas?
Siapa yang namanya menajdi alasan bagi setiap pribadi untuk merdeka, bebas, bangkit, dan mendobrak setiap pintu berhala?
Siapa yang demi tatapannya, si buta, si tuli, dan si lumpuh, bergandengan, meraba, bahkan merangkak, mengabaikan lepuh yang menghiasi tangannya, demi menggapai tanah tempat jasadnya diselimuti?
Siapa yang namanya, menjadi “api yang tidak akan padam sampai hari yang kiamat”?
Siapa yang kisahnya, belum dan tidak akan pernah terjadi lagi?
Siapakah yang syafaat adalah salah satu hak istimewanya? Yang dikejar oleh jutaan pecintanya yang merasa dirinya tidak layak, bahkan untuk menjadi pembantu pecintanya?
Siapa yang karena pengorbananya, kita masih bisa memetik buah segar dari pohon nubuwah?
Siapa yang pulang, dalam keadaan terpotong-potong, tidak dimandikan apalagi dikafani? Jasadnya mengering terbakar sinar mentari selama empat puluh hari adiknya ditawan?
Dialah cucu, sekaligus putra Muhammad Al-Musthafa, pemberi syafaat para pendosa. Kekasih Tuhan.
Dialah putra dari pasangan dua yang satu, yang telah disatukan oleh yang Maha Satu, dua contoh manusia, Ali bin Abi Thalib, dan Fatimah Az-Zahra.
Dialah adik Al-Hasan, kakak Zainab.
Penghulu Pemuda Surga. Yang Syahid di Karbala. Dialah Husain sang Labbayka ya Husain.

Terinspirasi oleh Husain
Bangil, 12 januari 2014
Muhammad Bahesyti

No comments:

Post a Comment

Zahra

thank you thank you for making my day full of love i cant help but realize that i even live in your room now my mind never been here with me...