Kepada Tuhan kutulis tantangan ini. Kutunggu Kau di medan
perang, meski kita sudah berhadapan. Penolakanku pada penghambaanmu adalah
hasrat bebas yang kau berikan – tapi kubebaskan. Aku mempertanyakan segala
suruhan agar aku menjalaninya dengan keinginan: dengan bebas.
Orang bilang ini adalah nafsu yang berlebihan. Tapi di
mataku ini adalah jalan terang kebenaran. Tanpa keinginan untuk bebas,
bagaimana cara kita maju dan berkembang?
Harapanku satu: bahwa siapapun yang menang dalam pertempuran
ini, akan mengakui kekalahan dengan kehormatan. Mungkin sulit bagiku. Ego masih
besar, kau tahu itu.
Tapi perang yang terlihat Panjang mengurangi kekhawatiran. Aku
punya waktu untuk mengksatriakan diri. Bagaimana denganmu? Cukup beranikah kau
mengakui kekalahan? Apakah kau punya hati? Kurasa tidak. Tapi apa itu berarti
bagimu? Kuharap tidak.
satu hari dalam perantauan, penuh emosi dan rasa kecewa
(2016-2018)
No comments:
Post a Comment