Sunday, 6 August 2023

Setangkai Kenangan

Di pelataran cinta kutancapkan setangkai kenangan. Rumput yang bergoyang santai sudah kaku membeku. Bisa apa? Realitas meruntuhkan topeng kekasih di dalam dada.

Sebuah kisah penuh suka cita adalah halusinasi yang diperjual belikan rumah produksi. Seperti muka yang lebih jadi iklan ketimbang barang pribadi. Di tangan mereka, air mata pun sebatas hiburan saja.

Gang-gang basah menggenang harapan yang sebenarnya. Bukan kesuksesan dan kerajaan, sekedar kebaikan sederhana di simpang jalan.

Kakek bersurban mengingatkanku pada aksi yang terbuang. Oleh dilema yang terlena memakan waktu mencari identitas di alam hayal. Sibuk berpikir dan berjalan dengan slogan pencarian.

Apa sebenarnya yang dicari? Sebuah ketenangan yang tak bisa kita bagi.

Berbagi. Kata yang tak lagi terucap juga tak terlihat.

Ungkapan muak dan amarah bukanlah niat untuk berbagi. Lagi-lagi sebuah ketenangan yang memabukkan.

Syair-syair itu dilemparkan ke tong sampah tatkala mata dirabunkan dari tangan teman kita.
Mawar itu kini terbakar. Oleh sinar mentari sebab air mata tak melindunginya lagi.

Yusuf dan Wanita Tua

Legenda mengatakan bahwa ketika Yusuf sedang dilelanh di Mesir, semua orang memberi tawaran yang sangat tinggi untuk membeli wajah tampan itu. Mengenai kisah ini, Fariduddin Aththar dalam bukunya, Manthiqut-thair, menceritakan keberadaan wanita tua dalam kerumunan pembeli yang cukup menarik untuk disimak:
Seorang wanita tua yang keriput dalam kerumunan:
"Hei, biar aku yang membeli pria sombong ini!"
Dengan berteriak dia berbicara para makelar itu
sementara tangannya memegang benang.
"Tubuh dan ketampanannya membuatku gila
lihat semua benang di gelondongan yang telah kugulung!
Ambillah sebagai pembayaran dan juallah dia padaku.
Dan letakkan tangannya pada tanganku, dengan lembut!"
Pedagang itu tersenyum dan berkata, "Orang bodoh,
aku telah mendapat penawaran bernilai ratusan kali;
mutiara diantara segala permata ini bukan untukmu.
Wanita tua, apa yang bisa kulakukan dengan benangmu?"
"Aku tahu aku tidak akan memperoleh karunia ini,
tapi kawan dan lawan akan membuatku senang
mengatakan pada dunia, meskipun dengan malu-malu,
setidaknya dia tidak takut berusaha!"
Dalam syair lain dari Hubba, penyair wanita Turki, wanita tua ini kembali muncul:
Setiap orang memberikan apa pun yang dimilikinya
Karena dia ingin ikut berbagi nasib.
Kamu dan wanita tua itu sama dalam hal ini:
Apa yang ditawarkannya untuk kebahagiaan Yusuf?
Dia datang dengan dua tangan penuh benang
Dengan harapan dapat membeli wajah tampan itu.

Zahra

thank you thank you for making my day full of love i cant help but realize that i even live in your room now my mind never been here with me...