Friday, 20 January 2017

Pondasi Keabadian

“Dokter, tolong simpan ini untuk kita berdua. Jangan kabarkan yang sebenarnya bahkan pada kepala sekolah. Saya bukan orang pertama yang anda vonis kan? Anda sudah melihat beragam ekspresi mendapat vonis ini. Saya yakin anda ikut merasakan sakit karenanya. Maka saya mohon, sekali ini, untuk saya, biarkan saya yang megurus semuanya. Tolong.”

[Dokter bingung, berpikir dengan berat]

"Apa yang akan kamu lakukan?"

"Saya punya banyak mimpi. Sekolah gratis, rumah sakit gratis, organisasi yang membantu pengembangan ekonomi rakyat kecil, saya mau menyenangkan orang tua bukan dengan kemewahan, tapi kesukesesan. Ya tentu, dengan waktu yang saya punya, dan pencapaian saya sejauh ini, sulit mencapai semua itu. Tapi dua tahun ini membuat saya jadi merasa harus bergerak lebih cepat. Walau hanya pondasi yang bisa saya bangun, setidaknya saya sudah beberapa langkah lebih dekat dengan mimpi itu ketimbang hasil selama dua puluh tahun ini. Dan meski umur saya pendek di tubuh ini, setidaknya umur saya bisa lebih panjang dalam tubuh dan pikiran orang lain. Tapi rupanya umur kata lebih panjang dari manusia. Saya akan menulis. Semoga jadi buku. Sebab itu juga salah satu impian saya."

No comments:

Post a Comment

Zahra

thank you thank you for making my day full of love i cant help but realize that i even live in your room now my mind never been here with me...