Kontra-diksi: Sebuah Bacotan

Meminjam perkataan Jon Snow: kita semua adalah anak kecil dalam sebuah permainan dan saling berteriak, aturan mainnya gak adil!

Mengambil posisi akan membuat kita berhadapan dengan posisi yang lain. Sejauh ini, hanya keterbatasan dunialah penjelasan paling logis.



Keterbatasan ini tak menyisakan sejengkal pun ruang kosong untuk ketidak berpihakan (berposisi). Setiap tempat memiliki nama. Setiap nama memiliki arti dan makna di dalamnya. Setiap makna memiliki tujuan. Setiap tujuan memiliki jalan. Dan setiap jalan, diperpanjang persimpangan.

Sadar tak sadar kita semua sudah memilih jalan itu. Jalan yang nantinya akan jadi cerita yang memaknai kehidupan kita.

Tata surya mengabarkan kita tentang cara kerja Tuhan menjalankan alam semesta. Ia menciptakan setiap detik kesempatan kita hidup di bumi, dengan menjaga Keseimbangan. Setiap planet dan bintang menjalankan perannya dengan daya tarik masing-masing. Sehingga matahari yang kita nikmati di kala senja dan fajar, tetap berputar dan berjalan; dan dengannya bumi bertahan jutaan tahun lamanya.

Dan, kita yang kecil, masih tetap bagian dari alam semesta ini. Setiap konflik dan pertentangan (kontradiksi) manusia adalah miniatur dari Mega Keseimbangan. Tak peduli sekeras apapun kita berusaha menghilangkan pertentangan, ia akan tetap lahir setelah ada yang mati. Ini disebut hukum alam. Di luar kendali kita. Yang bisa kita lakukan hanya berjalan di jalannya. Jalan yang sudah kita pilih dengan sadar maupun tidak. Karena keseimbangan adalah hukum yang disebut takdir; dan itu menuntut keberadaan dua dan lebih hal yang bertentangan.

Ada baiknya kita mengenali peran kita. Agar jalan tak begitu membosankan ketika tak ada satupun yang dapat dilakukan untuk menghentikan perjalanan ini. Jika ditemukan bahwa peran kita harus bertentangan secara langsung dengan yang lainnya, perjuangkanlah jalan itu. Karena soal reward, tak ada yang pernah tahu dimana letaknya.

__________

Sekitaran September 2017