Siang itu di bawah bayang SPBU, aku berteduh. Perjalanan masih
jauh, dan siang masih panjang. Aku diam, membiarkan keringat menguap.
Ping.
Sebuah pesan online menggetarkan ponsel.
Fulanah sent a photo.
Kubuka dan layar LED bersinar melebihi kapasitasnya. Tak berkedip
beberapa saat dan jantung berdetak cepat. Sebuah rindu bangkit dari kuburnya. Senyum merekah dengan sendirinya. Wajah
yang tak ku kenal parasnya, namun begitu dekat di hati. Bukan mata, tapi jiwa
yang mengenali.
Chit-chat terjadi dengan pemilik akun yang sedang
bersama bidadari. Menghargai usahanya menggoda ketenangan hati yang telah
lama mati.
Lepas beberapa menit tak kuhiraukan terik matahari dan
menyalakan motor. Detak jantung sudah dibuat kacau, daripada galau di pinggir
jalan lebih baik lanjutkan perjalanan.
Singkat cerita setengah jam berjemur matahari dan menikmati
hembusan knalpot, aku sampai tujuan bertemu klien. Bincang-bincang dan melihat
kelayakan barang, akhirnya transaksi dibatalkan. Pulang, tanpa jeda sampai di
rumah.
Kulepas jaket dan berbaring di kamar. Memori indah kasmaran
terus menghantui. Tak sedikitpun keringat membasahi kaus sejak di SPBU.
Nostalgia menunggu visa
Cimenyan
Awal Oktober, Subuh
No comments:
Post a Comment