Thursday, 6 October 2016

Ketika Semesta Mengehingkan Cipta


Siang itu di bawah bayang SPBU, aku berteduh. Perjalanan masih jauh, dan siang masih panjang. Aku diam, membiarkan keringat menguap.

Ping.

Sebuah pesan online menggetarkan ponsel.

Fulanah sent a photo.

Kubuka dan layar LED bersinar melebihi kapasitasnya. Tak berkedip beberapa saat dan jantung berdetak cepat. Sebuah rindu bangkit dari kuburnya. Senyum merekah dengan sendirinya. Wajah yang tak ku kenal parasnya, namun begitu dekat di hati. Bukan mata, tapi jiwa yang mengenali.

Chit-chat terjadi dengan pemilik akun yang sedang bersama bidadari. Menghargai usahanya menggoda ketenangan hati yang telah lama mati.

Lepas beberapa menit tak kuhiraukan terik matahari dan menyalakan motor. Detak jantung sudah dibuat kacau, daripada galau di pinggir jalan lebih baik lanjutkan perjalanan. 

Singkat cerita setengah jam berjemur matahari dan menikmati hembusan knalpot, aku sampai tujuan bertemu klien. Bincang-bincang dan melihat kelayakan barang, akhirnya transaksi dibatalkan. Pulang, tanpa jeda sampai di rumah.

Kulepas jaket dan berbaring di kamar. Memori indah kasmaran terus menghantui. Tak sedikitpun keringat membasahi kaus sejak di SPBU.


Nostalgia menunggu visa
Cimenyan
Awal Oktober, Subuh

No comments:

Post a Comment

Zahra

thank you thank you for making my day full of love i cant help but realize that i even live in your room now my mind never been here with me...