Sunday, 18 May 2014

Pergilah Cupid...


Aku bukan dia
Aku bukan mereka
Aku bukan teman-temanku
Aku tidak sepeti mereka
Aku tidak disana
Aku disini
Dan aku adalah aku.

Engkau adalah engkau
Engkau disana
Engkau tidak seperti mereka
Engkau bukan teman-temanmu
Engkau bukan mereka
Engkau bukan dia.

Tuhan disini
Tuhan disana
Tuhan dimana-mana
Tapi Tuhan juga tidak dimana-mana
Tuhan bukan siapa-siapa
Karena Tuhan adalah Tuhan.

Bagaimana mungkin kutarik kau kebawah
Sementara aku adalah aku.

Bagaimana mungkin kau melompat dari sana
Sementara engkau adalah engkau.

Tapi Tuhan adalah Tuhan
Akan kutuntut Ia atas perbuatannya
Karena Ia bukan pelarian bencana semata
Tapi juga Sang Dermawan yang mebagikan Air Mata.

Kata orang Ia kirim Cupidnya pada pangeran
Membunuh pangeran dengan serangan hati.

Sepertinya Cupid juga datang padaku,
Dengan anak panah yang telah melirik dadaku
Namun kubalas tatapannya dengan tatapan seorang tawanan
Dan kusapa ia dengan senyumnya orang bebas
Aku berkata,
Tak perlu kau gunakan panah itu lagi...
Aku hampir mati!
Cupid pun bertanya,
Bagaimana bisa?
Kukatakan padanya,
Kau tahu? Tuhan telah meracuniku dengan hidangan cinta-Nya!
Yang disajikan oleh dia yang tak pernah kulihat wajahnya!


Ditemani malam yang suram,
Tanpa candaan bintang dan bulan.
sedikit meminjam mitologi sebelah,
Sang pengklaim Cinta
Sabtu, 17 Mei 2014, 23.25

Friday, 7 February 2014

"D" dengan huruf besar


Matahari cukup lelah untuk terus tampil di atas manusia. Kali ini ia panggil awan untuk menggantikan pentasnya sementara. Sampai tenaganya pulih kembali.

Aku adalah anak yang tidak berbeda dengan yang lainnya. Kami lahir dari rahim seoragn ibu. Kami memiliki keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan saudara. Mungkin hanya perbedaan waktu yang membuat kami berbeda. Ada di antara mereka yang tidak memiliki banyak waktu dengan orang tuanya. Memang, manusia serba terbatas. Akan selalu terikat dan tak bisa menghindar titik pasti.

Aku tidak berbeda dengan yang lain. Secara fisik kita sama. Makan dengan tangan. Mengunyah dan berbicara dengan mulut. Berlari, bermain, tidur, dan segala aktifitas yang kita lakukan sama. Hanya saja ada sebuah perbedaan yang sangat gamblang diantara kami. Entah mereka menyadari atau tidak, tapi bagiku ini sangat jelas dan penting. Bagaimana mungkin satu-satunya sifat yang menjadikan mereka berbeda dengan hewan dan makhluk lainnya mereka abaikan?

Thursday, 6 February 2014

Pangeran Persia dan Putri Armenia (3, tamat)



Para penasehat pun langsung berkumpul dan memikirkan solusinya. Setelah mendapat ide, mereka langsung menyampaikannya pada raja yang juga langsung memanggil Farhad. “kami berjanji tidak akan mencampuri hubunganmu dengan Syirin dengan satu syarat.” Kata raja.
                Si arsitek muda spontan melompat kegirangan dan menangis bahagia. “apapun yang raja agung minta!”
                “kami butuh terowongan bukit Bistun agar bisa pergi ke sisi sebelah sana dengan lebih cepat dan efisien.”
                Selama bertahun-tahun bukit Bistun menjadi tantangan berat. Bukit batu granit yang keras tidak memungkinkan dilakukannya penggalian trowongan disana. Belum pernah ada seorang pun yang sanggup mengatasi kesulitan medan ini. Khusrau tersenyum sendiri, setelah proyek ini dimulai, Farhad tidak mungkin bisa kembali lagi.

Saturday, 1 February 2014

Pangeran Persia dan Putri Armenia (2)


Dalam waktu singkat setelah mengenal Syirin, sebelum wafatnya, raja Hurmuz merasa senang dengan kecerdasan dan humor Syirin yang hidup, Syirin pun menikmati persahabatan dan perlindungan seorang ayah. Pasca wafatnya raja, Syirin makin kesepian. Pelayan-pelaya Khusrau yang dikirim ke rumah Syirin kurang bersahabat. Mereka yang pernah diolok-olok pangeran memandang Syirin rendah karena berbikir bahwa pangeran akan jatuh cinta padanya. Dibakar rasa cemburu mereka mulai berulah. Kadang-kadang dengan air mandi yang terlalu panas atau dingin, baju yang ‘tak sengaja’ dirobek, bahkan sampai bangkai di makanannya. Meskipun Syirin tidak curiga dan menganggapnya besar, tapi hari-harinya mulai hancur. Perlahan ia mulai merindukan negrinya.
                Akhirnya Syirin menyesali keputusannya lari dari rumah. Ia merasa bersalah pada bibinya. Baginya, tidak ada alasan untuk tetap tinggal di Persia. Apalagi dengan ketiadaan sang Pangeran. Maka dia berjanji pada diri sendiri untuk tidak lari lagi dari negrinya, dan ketika Syapur datang menjemputnya, ia sudah lebih dari siap.

Friday, 31 January 2014

Cak Noris, Kucing, dan Tuhan

Dalam dunia meme internasional, chuck noris adalah salah satu icon yang paling digemari. Entah apa yang ditawarkannya, tapi yang jelas ia menjadi salah satu pelawak sukses abad ini. Semoga kebaikannya dalam menghibur dan melepas penak orang-orang mendapat ganjaran setimpal.

Malam yang cerah. Seorang sahabat mempromosikan warung nasi kesukaannya. Disamping harga terjangkau dan rasa yang mengalahkan kedai junk food , tempat yang unik dan cara pemesanannya yang jarang memang anti-mainstream. Cocok dengan karakter kami, hehe.

Kami duduk diteras depan bank yang sudah tutup sejak sore. Halaman parkir dan teras bank ini memang menjadi area makan yang di sajikan pemilik warung. Kami duduk. Setelah membicarakan makanan dan warung tersebut, seekor kucing datang. Dengan tatapan melas-nya, doi me-ngeong seakan meminta dikasihani. Memang itu tujuannya; makanan. Dalam benak tidak langsung kuptuskan untuk membaginya sedikit ayamku. Namun setelah berpikir yang agak berlebihan aku mulai memotong sedikit ayamku untuknya. Belum selesai, dari sebelah sudah dilempar sepotong daging yang langsung disantap oleh si kucing. Sahabatku mendahuluiku. Nah, puas? Makan yang zen sono. Batinku mengoceh. Tidak lama si kucing balik lagi. Wahh, kalo begini, dikasih ntar balik lagi, gak beres-beres akhirotu. Mau ngusir gak tega, kan gue bukan zionis. Batinku ngomel. Tidak sampai keputusan untuk membagi daging ayam kubuat, dari sebelah sudah dilempar daging ayam lagi. Sampai sini aku mulai berpikir. Seakan Tuhan memberiku shock- teraphy, aku tersadar. Beginilah aku dan kami. Aku yang secara tidak langsung mengatai si kucing “tidak tahu diri” jelas tidak berbeda dengannya. Muncul gambaran dalam benakku bagaimana aku, dan makhluk Tuhan yang lain terus meminta yang kami butuhkan dan inginkan dan terus meminta lagi walaupun sudah dipenuhi-Nya. Dan seperti kejadian tadi pula, tanpa “pikir panjang” Tuhan mengabulkannya lagi. Dan terus seperti itu sampai akhirnya kita tidak bisa meminta apa-apa lagi. Tamat. Maksudnya bukan Tuhan tidak bisa memberi lagi, tapi sudah bukan waktu dan tempat kita untuk meminta sesuatu dari Tuhan.

Sambil tersenyum menyadari kesamaanku dengan si kucing, aku menyesal. Bertekad untuk tidak lagi mengabaikan permintaan siapapun selama aku mampu, bahkan untuk seekor kucing sekalipun. Terima kasih kucing. Aku menunggu si kucing menghabiskan daging yang kedua agar aku dapat membalas yang tadi. Tapi si kucing malah pergi dengan daging keduanya. Hahaha, makin keras aku tersenyum. Mungkin ini teguran, pikirku. Agar kita tidak membuang kesempatan yang datang terus menerus. Tapi Tuhan tetap Tuhan, ia utus kembali si kucing tepat saat nasiku habis dengan ayam yang masih banyak dan sahabatku kehabisan jatahnya. Langsung kulempar sisa ayamku berharap si kucing memaafkanku. Baru ia dekati ayamku ia langsung pergi. Makin keras senyumku yang mulai tertawa. Tuh kan, ini teguran. Hahaha, terima kasih kucing. Terima kasih Tuhan. Dengan cepat sang kucing kembali, menggigit ayam dan lari pergi.

Disini dingin...
Malang, 8 Januari 2014

Thursday, 30 January 2014

Pangeran Persia dan Putri Armenia (1)


Khusrau dan Syirin

Alkisah, ada seorang pangeran persia bernama Khusrau. Ia memiliki saudara sepupu bernama Syapur. Suatu hari Syapur bercerita tentang sorang putri Armenia yang pernah dilihatnya. Khusrau sedemikian tergugah dan tertarik dengan penuturan memikat tentang putri itu sehingga ia pun jatuh cinta hanya dengan membayangkannya. Malahan, Syapur pun heran dengan gambaran yang dituturkannya. Tampaknya mustahil kalau ia telah mengemukakan gambaran demikian.
Disebrang sana, Syirin tidak tahu soal kisah penggemarnya yang dimabuk cinta. Ia pun tak akan peduli jika ia mengetahuinya. Pikirannya terlalu bebas untuk diusik oleh urusan pernikahan dan asmara semacam itu. Barangkali, semangat bebasnya inilah yang membuatnya begitu menarik. Ia dibesarkan sebagai satu-satunya pewaris tahta Armenia. Bibinya, Mahin, sang Ratu Agung tidak punya anak. Karenanya, Syirin pun diangkat sebagai penggantinya. Hal ini membuatnya harus mempelajari hal-hal yang tak lazim bagi sorang gadis, seperti berkuda, berburu, dan berbagai keterampilan kaum pria lainnya.

Sunday, 26 January 2014

Dialah Husain


Seorang Pangeran, telah membuat semesta gembira dengan kelahirannya, dan di saaat yang bersamaan, ia buat bumi meratapi dukanya yang paling dalam dengan kematian yang dibawanya.
Lehernya yang rapuh diciumi sang Raja, yang juga langsung menceritakan kisah akhirnya.
Ia lahir dan tumbuh di rumah yang wahyu adalah ibarat udara yang dihirup untuk hidup.
Ia menyaksikan dan mendengar langsung apa yang di lakukan dan dikatakan Raja baik untuk diri sendiri, orang lain, bahkan kepada Tuhannya.
Prilaku dermawan nan indah dan sempurna sang Rajalah yang menghiasinya.
Kekuatan, ketangkasan, dan keberanian sang Ayah telah mengalir di nadinya.
Cinta kasih sang Manusia Wanita memenuhi hatinya.
Tak pelak, Tuhan pun selalu bersamanya, dan ia selalu bersama Tuhan, atau Mereka adalah sebuah kesatuan.

Sunday, 5 January 2014

Cinta ini dan itu


Cinta itu buta. Tidak mengenal siapa, apa, dimana. 
Cinta terkadang keluar dari kata larangan. Karena cinta tidak membiarkan yang terkasih menyesal, apalagi terluka. 
Terkadang cinta juga disampaikan lewat kepalan tangan. Ingin menyadarkan yang terkasih kejalan yang benar. 
Cinta tidak perlu gender. Sebagaimana ayah pasti mencintai putranya kan? 

Zahra

thank you thank you for making my day full of love i cant help but realize that i even live in your room now my mind never been here with me...